Menjadi Ibu

10:15 PM



Menjadi Ibu, ternyata.....

Banyak hal yang saya pikirkan selama hamil kemarin termasuk bagaimana ya nanti setelah anak ini lahir, apakah saya bisa merubah peran hidup saya dari hanya seorang istri bagi suami menjadi seorang ibu bagi anak. Rasanya masih belum terbayang apakah saya bisa membagi ego ini kepada anak nantinya. Tapi itu semua selalu saya rasa akan berjalan seiring dengan waktu.

Ternyata setelah melahirkan rasanya luar biasa, ada sesosok makhluk kecil yang hidupnya ketergantungan pada kita, tidak bisa lepas dari susu ibunya, tidak bisa lepas dari gendongan bahkan jika tertidur harus ditemani, rasanya awal melahirkan dan menjaga anak menjadi momen yang sangaat menguras emosi dan tenaga, kehidupan yang dulu seolah olah selesai, mana ada waktu untuk ngopi semaleman sambil chitchat sama temen, mana ada pulang kerja bisa kesana kemari untuk jalan sore, mana ada waktu untuk olahraga seperti dulu aaah kangen zumba, yoga, freeletics yang biasanya setiap sore menemani rasa lelah sepulang kantor. Sekarang pulang kantor udah harus buru-buru soalnya ada anak bayi yang nunggu setoran asip, dan udah ngebet pengen dbf sama emaknya, babyblues itu ternyata separah itu even kita sadar terkena babyblues but we cant do anything. Alhamdulillah walaupun suami dulu ketemunya weekend doang tapi support nya luar biasa jadi sabtu minggu tuh bisa istirahat ngurus bayi. Jadi selain kita sadar akan babyblues ada satu tahap lagi yang tidak pernah saya bayangkan ternyata itu pemicu terbesar babyblues, yap! Proses mengAsihi, terlihat gampang memang, tapi bagi sebagian orang dan termasuk saya yang asinya baru keluar di hari ke 3 dan itupun hanya tetes demi tetes bisa membuat ibu semankin stress apalagi kalau lingkungan sekitar kurang support.

Setelah resign kerja, saya mulai tersadar sesungguhnya menjadi Ibu, selama 5 bulan saya hanya bertemu anak sore hari dimana sayapun sudah lelah, harus memandikannya sore hari dan hanya ingin cepat si anak tidur jarang sekali saya ajak main karena saya masih punya tugas pumping di malam hari. Tapi setelah resign waktu saya hanya untuk anak dan suami sempat ada masa transisi dimana saya merasa tidak PD bisa mengurus anak sendiri, rasanya takut ditinggal berdua saja dengan anak seharian. Tapi sekarang kami punya bonding yang kuat saking kuatnya ni anak emaknya ilang sedikit dicariin hahaha memang Dhisa sekarang masuk di situasi separation anxiety. Seru! Tiap pagi saya mandikan dan beri makan habis itu kita main kadang bernyanyi bersama kadang bercerita dengan boneka, atau kadang melatih motorik kasarnya yang sebenarnya agak lambat dari umur seharusnya karena mungkin kegemukan. Jadwal tidur di siang hari pun sudah teratur. MengAsihi tidak sesulit waktu masih kerja yang kejar setoran, sekarang cukup dbf saja kadang nyetok kalau mau pulang ke Bandung atau mau pergi agak lama.

Menjadi ibu, selain kesabaran yang luas kitapun harus melakukannya dengan hati. Anggaplah anak ini tumbuhan yang terus tumbuh maka kita harus rajin sirami dan beri pupuk terbaik, berikan rasa cinta, perhatian dan kasih sayang karena masa-masa ini hanya terjadi sekali di kehidupan mereka. Kadang sayapun masih belajar terus melatih emosi, sulit memang tapi kita harus ingat masa depan mereka. Semoga saya dan suami bisa mendidik Dhisa dengan baik, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang :)

You Might Also Like

0 comments

Subscribe